Rabu, 10 Desember 2014

BAB II (LANDASAN TEORI)

BAB II
LANDASAN TEORI

A. Tekanan Darah
  1. Pengertian Tekanan Darah : Tekanan darah adalah tekanan yang ditimbulkan pada dinding arteri, tekanan puncak terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik. Tekanan diastolik adalah tekanan terendah saat jantung  beristirahat. Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio tekanan sistolik terhaap diastolik, dengan nilai dewasa normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90. Rata-rata tekanan darah normal biasanya 120/80 (Smeltzer & Bare, 2001). 
    Tekanan darah adalah gaya (dorongan) darah ke dinding arteri saat darah dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh (Palmer & Williams, 2007). Tekanan darah tinggi (hipertensi) didefenisikan sebagai tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmHg dan atau tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmHg (Ignatavicius & Workman, 2009). Menurut Hayens (2003), tekanan drah timbul ketika bersikulasi didalam pembuluh darah. Organ jantung dan pembuluh darah berperan penting dalam proses ini dimana jantung sebagai pompa muskular yang menyuplai tekanan untuk menggerakan darah, dan pembuluh darah yang memiliki dinding yang elastis dan ketahanan yang kuat. Sementara itu Palmer (2007) menyatakan bahwa tekanan darah diukur dalam satuan milimeter air raksa (mmHg).
  2. Pengertian Tekanan Darah Tinggi : Penyakit yang dalam bahasa inggris disebut hypertension ini adalah gangguan yang terjadi pada sistem peredaran darah sehingga tekanan darah menjadi diatas normal. Karna itulah penyakit ini juga dikenal dengan nama tekanan darah tinggi. Tekanan darah tinggi, disebut juga hipertensi, merupakan kondisi medis di mana tekanan darah terhadap dinding arteri cukup tinggi sehingga pada akhirnya dapat  menyebabkan masalah kesehatan, seperti penyakit jantung. Hal ini disebabkan karena jantung harus bekerja lebih keras dari biasanya untuk mengedarkan darah melalui pembuluh darah ke seluruh tubuh. Hipertensi adalah suatu penekanan darah sistolik dan diastolik yang tidak normal. Garis batas dari hipertensi umumnya tekanan sistolik yang berkisar antara 140-190 mmHg dan tekanan diastolik antara 90-95 mmHg (Riyadi, 2011). Sementara itu dianggap tekanan darah normal jika tekanan diastolik lebih kecil dari 85 mmHg, normal tinggi jika tekanan diastolik 85-89 mmHg, hipertensi ringan 90-104 mmHg, hipertensi sedang 105-114 mmHg, dan tekanan darah tinggi lebih dari 115 mmHg (Wiryowidagto, 2003). Sedangkan menurut Smeltzer & Bare (2002) mendefinisikan hipertensi adalah tekanan darah persisten dimana tekanan sistoliknya diatas 140 mmHg dan tekanan diastolik di atas 90 mmHg.
2.1 Tanda & Gejala Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi)
Menurut Riyadi, (2011). Yaitu
  • Sakit Kepala
  • Pendarahan Hidung (Mimisan)
  • Vertigo
  • Mual/Muntah
  • Perubahan Penglihatan
  • Kesemutan pada kaki
  • Sesak nafas
  • Kejang/Koma
  • Nyeri Dada 
2.2 Penyebab Tekanan Darah Tinggi (Hipertensi) 
Penyebab tekanan darah tinggi sesuai dengan jenis tekanan darah tinggi itu sendiri, ada dua jenis tekanan darah tinggi (hipertensi). 
  1. Hipertensi Primer (Esensial) : Hipertensi Primer merupakan jenis hipertensi terbanyak bagi orang dewasa, disebut primer atau ensensial atau idiopatik karena penyebabnya tidak diketahui dan hipertensi jenis ini cenderung terjadi secara bertahap selama bertahun-tahun.
  2. Pada Hipertensi sekunder ini, terjadinya tekanan darah tinggi disebabkan oleh kondisi atau penyakit yang mendasarinya. Hipertensi sekunder ini cenderung muncul tiba-tiba dan menyebabkan tekanan darah tinggi. Berbagai kondisi dan obat-obatan yang dapat menyebabkan hipertensi sekunder, diantaranya
  • Penyakit Ginjal
  • Penyakit Jantung
  • Obesitas
  • Tumor Kelenjar Adrenal
  • Cacat tertentu dalam pembuluh darah sejak lahir (bawaan)
  • Obat-obat tertentu seperti obat flu, dekongestan, penghilang rasa sakit, dan beberapa obat resep 
  • Obat-obatan terlarang, seperti kokain dan amfetamin

Penyebab hipertensi diantaranya juga karena faktor keturunan/genetik, ciri dari perseorangan (umur, jenis kelamin dan ras) serta kebiasaan hidup/gaya hidup seseorang (seperti konsumsi garam tinggi, kegemukan atau makan berlebihan, stres atau ketegangan jiwa, kebiasaan merokok, minum alkohol dan obat-obatan) (Gunawan, 2001).

B. ROKOK
  1. Pengertian Rokok :Rokok adalah silinder dari kertas berukuran panjang antara 70 hingga 120 mm (bervariasi tergantung negara) dengan diameter sekitar 10 mm yang berisi daun-daun tembakau yang telah dicacah. Rokok dibakar pada salah satu ujungnya dan dibiarkan membara agar asapnya dapat dihirup lewat mulut pada ujung lainnya.
    Rokok adalah salah satu zat adiktif yang bila digunakan  mengakibatkan bahaya bagi kesehatan individu dan masyarakat. Kemudian ada juga yang menyebutkan bahwa rokok adalah hasil olahan tembakau terbungkus termasuk cerutu atau bahan lainya yang dihasilkan dari tanaman Nicotiana Tabacum, Nicotiana Rustica dan spesies lainnya atau sintesisnya yang mengandung nikotin dan tar dengan atau tanpa bahan tambahan. (Hans Tendra, 2003).
  2. Dampak Rokok bagi organ Respirasi :Merokok dapat menimbulkan berbagai dampak pada kesehatan manusia, baik dampak langsung maupun efek menahun. Dampak ini bisa terkena pada perokok aktif maupun pasif.
1) Dampak langsung merokok
  • Air mata keluar banyak 
  • Rambut, baju, badan berbau. 
  • Denyut nadi dan tekanan darah meningkat. 
  • Peristaltik usus meningkat, nafsu makan menurun.
2) Dampak jangka pendek (segera)
  • Sirkulasi darah kurang baik. 
  • Suhu ujung-ujung jari (tangan/kaki) menurun.
  • Rasa mengecap dan membau hilang. 
  • Gigi dan jari menjadi coklat atau hitam. 
3) Dampak jangka panjang
  • Kerja otak menurun
  • Adrenalin meningkat
  • Tekanan darah dan denyut nadi meningkat
  • Rongga pembuluh darah menciut
  • Muncul efek ketagihan dan ketergantungan
4) Beberapa Jenis Penyakit Akibat Merokok
  • Kanker Paru-Paru : Kanker ialah penyakit yang disebabkan pertumbuhan yang tidak terkendali dari sel abnormal yang ada dibagian tubuh. Hubungan merokok dan kanker paru-paru telah diteliti dalam 4-5 dekade terakhir ini. Didapatkan hubungan erat antara kebiasaan merokok, terutama sigaret, dengan timbulnya kanker paru-paru. Bahkan ada yang secara tegas menyatakan bahkan rokok sebagai penyebab utama terjadinya kanker paru-paru.
  • Jantung Koroner : Merokok terbukti merupakan factor resiko terbesar untuk mati mendadak. Resiko terjadinya penyakit jantung koroner meningkat 2-4 kali pada perokok dibandingkan dengan bukan perokok. Resiko ini meningkat dengan bertambahnya usia dan jumlah rokok yang dihisap. Penelitian menunjukkan bahwa faktor resiko merokok bekerja sinergis dengan faktor-faktor lain, seperti hipertensi, kadar lemak, gula darah yang tinggi, terhadap tercetusnya PJK. Perlu diketahui bahwa resiko kematian akibat penyakit jantung koroner berkurang dengan 50 persen pada tahun pertama sesudah rokok dihentikan. Akibat penggumpalan (trombosis) dan pengapuran (aterosklerosis) dinding pembuluh darah, merokok jelas akan merusak pembuluh darah perifer. Pembentukan aterosklerosis pada pembuluh darah koroner jantung jauh lebih banyak bagi perokok dibandingkan dengan yang non perokok. Kondisi ini akibat mendorong vosokonstriksi pembuluh darah koroner. Sebagai pendorong factor resiko PJK yang lain tentu perokok akan meningkatkan kadar kolesterol didalam darah yang akan memberikan resiko tinggi terhadap PJK. Demikian juga merokok mempercepat pembekuan darah sehingga agregasi trombosit lebih cepat terjadi, yang merupakan salah satu faktor pembentukan aterosklerosis sebagai penyebab PJK.
  • Bronkitis : Bronkitis terjadi karena paru-paru dan alur udara tidak mampu melepaskan mucus yang terdapat didalamnya dengan cara normal. Mucus adalah cairan lengket yang terdapat dalam tabung halus, yang disebut tabung bronchial yang terletak dalam paru-paru. Mucus beserta semua kotoran tersebut biasanya terus bergerak melalui tabung baronkial dengan bantuan rambut halus yang disebut silia. Silia ini terus menerus bergerak bergelombang seperti tentakel bintang laut, anemone, yang membawa mucus keluar dari paru-paru menuju ketenggorokan.
    Asap rokok memperlambat gerakan silia dan setelah jangka waktu tertentu akan merusaknya sama sekali. Keadaan ini berarti bahwa seorang perokok harus lebih banyak batuk untuk mengeluarkan mukusnya. Karena sistemnya tidak lagi bekerja sebaik semula, seorang perokok lebih mudah menderita radang paru-paru yang disebut bronchitis.
  • Penyakit Stroke : Stroke adalah penyakit deficit neurologist akut yang disebabkan oleh gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak serta menimbulkan gejala dan tanda yang sesuai dengan daerah otak yang terganggu. Kejadian serangan penyakit ini bervariasi antar tempat, waktu, dan keadaan penduduk. (M.NBustan,1997).
    Dr. Hans Tendra juga mengungkapkan bahwa penyumbatan pembuluh darah otak yang bersifat mendadak atau stroke banyak dikaitkan dengan merokok. Resiko stroke dan resiko kematian lebih tinggi perokok dibandingkan tidak perokok.
  • HIPERTENSI : Walaupun nikotin dan merokok menaikkan tekanan darah secara akut, namun tidak tampak lebih sering diantara perokok, dan tekanan darah diastole sedikit berubah ketika orang berhenti merokok. Hal ini mungkin berhubungan dengan fakta bahwa perokok sekitar 10-12 pon lebih ringan dari pada bukan perokok yang sama umur, tinggi badan dan jenis kelaminnya.Bila mereka berhenti merokok, sering berat badan naik. Dua kekuatan, turunnya tekanan diastole akibat adanya nikotin dan naiknya tekanan diastole karena peningkatan berat badan, tampaknya mengimbangi satu sama lain pada kebanyakan orang, sehingga tekanan diastole sedikit berubah bila mereka berhenti merokok
  • Penyakit Diabetes : Diabetes terjadi ketika glukosa dalam darah terlalu tinggi karena tubuh tidak bisa menggunakan dengan benar. Glukosa adalah gula yang diproduksi oleh tubuh dan terutama diambil dari karbohidrat dalam makanan.
    Bukti-bukti makin banyak menunjuk pada peran rokok terhadap timbulnya penyakit diabetes atau bahwa penderita diabetes akan memperparah resiko kematian jika terus menerus
  • Impotensi : Impotensi merupakan kegagalan atau disfugsi alat kelamin laki-laki secara berulang. Ciri utamanya adalah kegagalan mempertahankan ereksi atau berhasil ereksi tetapi "kurang keras". Rokok merupakan salah satu penyumbang penting terjadinya Impotensi.
    Para ahli mengaitkan terjadinya impotensi dengan peran rokok yang merusak jaringan darah dan syaraf. Dan karena seks sehat memerlukan "kerjasama" seluruh komponen tubuh, maka adanya gangguan pada komponen vital menyebabkan gangguan dan bahkan kegagalan seks seperti halnya terjadi pada impotensi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar